Demand Sebagai Determinan Utama Utilisasi Layanan Ultrasonografi pada Kunjungan Antenatal yang Pertama dan Kelima

Abstract

Ultrasonography is a vital diagnostic modality in maternal health services, but its utilization in Aceh Singkil Regency is still hampered by structural and accessibility barriers. The aim of this study was to identify the main factors influencing the utilization of ultrasonography services during antenatal visits, particularly the first (K1) and fifth (K5) visits at community health centers. This study used a cross-sectional design involving 271 pregnant women recruited proportionally from six community health centers. Data were collected through a questionnaire covering demand, accessibility, availability of medical personnel, service quality, health facilities, socioeconomic conditions, social support, and government support. Data were analyzed using logistic regression to determine the most influential factors. The results showed that 86.3% of respondents had a high demand for ultrasonography services. The strongest predictors of ultrasonography utilization were health facilities (OR = 3.53; 95% CI: 1.75–7.10; p < 0.001), service quality, and availability of medical personnel, while government support showed no significant effect (OR = 1.04; p = 0.933). In conclusion, ultrasonography utilization in Aceh Singkil is more determined by structural capacity and service quality than formal policies. Therefore, strengthening health facilities, improving service quality, and continuously developing the competence of medical personnel are important strategies for optimizing maternal health and reducing pregnancy risks.

Keywords: antenatal visits; ultrasonography utilization; demand

 

ABSTRAK

 

Ultrasonografi merupakan modalitas diagnostik yang vital dalam pelayanan kesehatan ibu, namun pemanfaatannya di Kabupaten Aceh Singkil masih terkendala oleh hambatan struktural dan aksesibilitas. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor utama yang memengaruhi utilisasi layanan ultrasonografi pada kunjungan antenatal, khususnya kunjungan pertama (K1) dan kelima (K5) di puskesmas. Desain penelitian ini adalah cross-sectional yang melibatkan 271 ibu hamil yang direkrut dari 6 puskesmas secara proporsional. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang mencakup demand, aksesibilitas, ketersediaan tenaga medis, kualitas layanan, fasilitas kesehatan, kondisi sosial ekonomi, dukungan sosial, dan dukungan pemerintah. Data dianalisis menggunakan uji regresi logistik untuk menentukan faktor paling berpengaruh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86,3% responden memiliki demand tinggi terhadap layanan ultrasonografi. Prediktor terkuat dari utilisasi ultrasonografi adalah fasilitas kesehatan (OR = 3,53; 95% CI: 1,75–7,10; p <0,001), kualitas layanan, serta ketersediaan tenaga medis, sedangkan dukungan pemerintah tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan (OR = 1,04; p = 0,933). Sebagai kesimpulan, utilisasi ultrasonografi di Aceh Singkil lebih ditentukan oleh kapasitas struktural dan mutu pelayanan dibandingkan kebijakan formal. Oleh karena itu, penguatan fasilitas kesehatan, peningkatan mutu layanan, serta pengembangan kompetensi tenaga medis secara berkelanjutan menjadi strategi penting untuk mengoptimalkan kesehatan ibu dan menurunkan risiko kehamilan.

Kata kunci: kunjungan antenatal; utilisasi ultrasonografi; demand